Senin, 24 September 2012

Metode Perencanaan Partisipatif - ZOPP

Metoda perencanaan partisipatif yang kita akan diskusikan disini adalah metoda perencanaan yang berbasis pada ZOPP.  ZOPP adalah suatu singkatan berbahasa Jerman dari Ziel Orientierte Projeck Plannung atau Perencanaan Proyek yang Berorientasi pada Tujuan.  Konsep ZOPP ini sendiri sebenarnya datang dari Amerika dimana NASA (National Aeronautic and Space Agency) adalah lembaga-yang mula-mula memprakarsainya.  Konsep ini kemudian menyebar kebanyak negara, termasuk Jerman.  Di Jerman konsep ini berkembang lebih jauh dan disempurnakan berdasarkan masukan dan pengalaman di lapangan. 


Di Jerman sendiri, ZOPP sepertinya telah mendarah daging dalam kehidupan di kantor-kantor atau di proyek-proyek atau di universitas-universitas.  Pendek kata semua kegiatan selalu diwarnai dengan ZOPP.  Dimana-mana peralatan ZOPP seperti kartu metaplan atau pinboard digunakan secara luas.  Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila ZOPP dan segala perlengkapannya telah menjadi bisnis besar tersendiri di Jerman.

Di Indonesia sendiri konsep perencanaan yang berorientasi pada tujuan juga kemudian dikembangkan oleh berbagai lembaga, terutama Lembaga Administrasi Negara (LAN).  Ada seperangkat buku yang diterbitkan oleh LAN tentang konsep ini.  Hanya saja, seperti halnya juga ditempat lain, konsep yang masuk ke Indonesia ini kemudian mengalami berbagai “penyesuaian”.  Walaupun maksud penyesuaian itu adalah baik, tetapi ada pula yang pada akhirnya malah membingungkan.  Menurut pendapat saya, ZOPP termasuk konsep yang masih memelihara kemurnian metodologinya dengan arah yang tidak membingungkan alias dengan arah yang cukup jelas.

Kembali ke definisi diatas, tahukan anda apakah yang dimaksudkan dengan istilah “proyek” diatas? 

Secara sederhana proyek dapat kita definisikan sebagai berikut:
·         Ada awal dan ada akhirnya.  Artinya waktu bagi proyek itu dibatasi, bukan suatu kegiatan yang abadi.  Batasan waktu disini bisa saja terasa pendek, tetapi juga bisa saja menjadi tahunan.  Yang jelas harus ada awalnya dan harus ada akhirnya, sehingga kita bisa melihat atau mengevaluasi bagaimana hasil proyek ini.
·         Ada tujuannya.  Ada kejelasan tujuan yang ingin dicapai dalam waktu yang telah ditetapkan.  Tujuan inilah yang akan menjadi penuntun bagi pelaksana kegiatan.
·         Ada manajemen untuk mencapai tujuan.  Dalam pelaksanaan proyek “siapa melakukan apa bilamana dimana dan bagaimana” (seringkali disingkat sebagai SIABIDIBA) perlu dikelola untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Oleh karena itu jelas perlu adanya manajemen. 
Istilah SIABIDIBA ini telah distandarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), oleh kerena itu penyingkatannya harus hati-hati jangan sampai kepleset menjadi SIADIBABI. 
Istilah SIABIDIBA sendiri untuk kalangan militer ditambahkan lagi dengan “mengapa” dibelakangnya sehingga menjadi SIABIDIBAME.  Artinya orang juga harus tahu mengapa dia harus melakukan semua itu.  Dengan demikian sipelaksana order sangat yakin terhadap apa yang dikerjakannya.

Bahan ini dikembangkan oleh um Andi Renggana SOIL 15 untuk kalangan internal.
"Um, semoga lekas sembuh dan makin bersemangat untuk berbagi ilmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar