Pernah suatu saat kawan saya meledek kalau saya tidak bisa menulis. Tidak salah memang dan faktanya benar. Karena tidak satupun tulisan berhasil saya susun. Barangkali judulnyapun belum tertulis. Nah, mau nulis apa kalau judulnya saja tidak tahu?
Kalau dipikir-pikir, kapan bisa nulis? Dijamin gak akan bisa nulis, lha wong kerjaannya hanya mikir. Sudahlah dari pada sekedar mikir, saya mulai menggerakkan jemari saya diatas keyboard notebook yang saya pakai. Biarin nanti yang terjadi seperti apa? Bahasa anak sekarang, EGP (emang gue pikirin). Ada yang suka atau tidak biarin saja.
Sebenarnya dulu saat saya menyusun skripsi, dosen pembimbing pernah sampaikan susunan kalimat saya bagus dan enak dibaca. Walaupun isi penelitiannya tergolong biasa-biasa saja. Dalam hati saya protes. Mohon maaf pak, kalau sekedar tulisan itu gak ada apa-apanya. Perjuangan saya mempertahankan kedelai agar tidak kekeringan membutuhkan peluh ber"drum-drum". Ah, berlebihan!
Fakta ini juga benar. Bahwa menulis yang sekedar menggoreskan tinta atau menggoreskan ide menjadi sesuatu agar enak dibaca ternyata juga memerlukan peluh. Walaupun peluhnya tidak terlihat dipermukaan kulit, namun pasti akan membuat otak kita berpeluh. Membuat runutan tulisan hingga enak dibaca atau mengandung arti tentunya butuh perjuangan.
Coba aja tulisan saya ini dibaca baik-baik. Runutannya betul atau tidak? Enak dibaca atau dicerca? Kembali kepada pembacanya. Kalau saya pribadi sebagai penulis tentunya juga secara otomatis akan membaca, walau hanya sekali. Namun sudah pasti lebih dulu daripada Anda. Apakah saya puas? Tentunya jawaban saya mirip jawaban Anda.
Selamat bertemu kembali dengan saya melalui tulisan yang campur aduk seperti gado-gado di blog saya yang sangat sederhana ini. Ayo mulai menulis, siapa tahu suatu saat ada yang bermanfaat bagi orang lain.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar