Minggu, 15 Juli 2012

Penetapan arah kiblat dengan matahari


Bagi teman-teman muslim tentu selalu berusaha menemukan arah kiblat saat hendak sholat. Hal ini wajar karena temen-temen ingin utuh mengikuti tata cara Nabi Muhammad melaksanakan sholat. Bagi yang melakukan sholat di masjid mungkin bukan persoalan, namun bagi yang tidak sempat sholat dimasjid tentu ada beberapa yang dilakukan. Bisa bertanya kepada orang yang berada disekitar situ, membawa kompas, atau melihat matahari.
Pada mulanya, kiblat mengarah ke Yerusalem. Menurut Ibnu Katsir, Rasulullah SAW dan para sahabat salat dengan menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah lebih suka salat menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka'bah. Oleh karena itu beliau sering salat di antara dua sudut Ka'bah sehingga Ka'bah berada di antara diri beliau dan Baitul Maqdis. Dengan demikian beliau salat sekaligus menghadap Ka'bah dan Baitul Maqdis.
Setelah hijrah ke Madinah, hal tersebut tidak mungkin lagi. Ia salat dengan menghadap Baitul Maqdis. Ia sering menengadahkan kepalanya ke langit menanti wahyu turun agar Ka'bah dijadikan kiblat salat. Allah pun mengabulkan keinginan beliau dengan menurunkan ayat 144 dari Surat al-Baqarah:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah)” (QS. Al-Baqarah : 144)
Dalam satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah. Hal ini merupakan pengetahuan yang sudah tua umurnya. Namun sepertinya masyarakat awam tidak banyak yang mengetahui. Dalam bahasa arab disebut sebagai peristiwa Istiwa A’zham (Persinggahan Utama).
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Mei 2012 (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah (pukul 16:18 Waktu Indonesia bagian barat/WIB) dan 16 Juli 2012 (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27 (pukul 16:27 Waktu Indonesia bagian barat/WIB). Artinya, semua orang yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana telah menghadapkan wajahnya ke kiblat. Atau jika kita melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis arah kiblat.


Arah Bayangan Matahari ketika tegak lurus dengan Ka’bah (sumber : Rukyatulhilal.org.)
Dengan sebuah tongkat tegak lurus yang ditancapkan di tanah akan bisa membentuk bayangan lurus dengan arah kiblat. Semoga dengan demikian insyaaallah kita akan menemukan arah kiblat lebih baik. Selamat beribadah.

Referensi : http://id.wikipeia.org/wiki/Kiblat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar